duh jiwa yang sepi, aku membaca dari sorot matamu betapa engkau begitu merindu.
tatapmu adalah sepenggal cahaya yang merasuk, perlahan menggugurkan reranting sepi yang rapuh terbasuh peluh.
adakah yang kau nati?
dirumah Tuhan engkau termenung, menepi dalam sepi.
tak perlu engkau meratap kepergian waktu, tak ada yang pergi meninggalkanmu, hanya sejenak jenuh yang meratap mnulis puisi tentang keindahan.
tunggulah, sabar dalam kepastian, seperti ujar waktu
: tak ada yang meninggalkanmu!
-
BalasHapus: takada yang meninggalkanmu
seperti mentari yang takpernah tenggelam