Akankah sebuah perpisahan menjadi awal dari goresan–goresan puisi sang bijak?, yang menggantikan secawan arak kedalam untaian–untaian do’a, yang akan menggantikan gelap kedalam terang binar mata, dan membisikkan petuah–petuah bijak dalam rahasia kehidupan ini.
Akankah air mata yang telah mengalir bagai mata air bening yang tak pernah tahu kemana akan terpercik, bagai tetes–tetes embun yang membasahi dedaunan dapat menggantikan goresan luka yang terlanjur menganga disekujur hati?.
Mampukah semua itu menitipkan secuil asa kedalam secangkir madu dan menjadikan setetes air menjadi segenggam gelombang, yang menghantam mimpi–mimpi buruk dan bayang–bayang semu?.
Akankah kesendirian dapat menjadi sahabat karib yang dapat diajak berbagi, dan mampukah sepi menyanyikan kidung–kidung cinta seperti saat engkau mendongengkan sebuah cerita tentang seorang penggembala yang jatuh cinta kepada putrid raja, seperti saat kau lukiskan api cinta di mataku?.
Akankah air mata yang telah mengalir bagai mata air bening yang tak pernah tahu kemana akan terpercik, bagai tetes–tetes embun yang membasahi dedaunan dapat menggantikan goresan luka yang terlanjur menganga disekujur hati?.
Mampukah semua itu menitipkan secuil asa kedalam secangkir madu dan menjadikan setetes air menjadi segenggam gelombang, yang menghantam mimpi–mimpi buruk dan bayang–bayang semu?.
Akankah kesendirian dapat menjadi sahabat karib yang dapat diajak berbagi, dan mampukah sepi menyanyikan kidung–kidung cinta seperti saat engkau mendongengkan sebuah cerita tentang seorang penggembala yang jatuh cinta kepada putrid raja, seperti saat kau lukiskan api cinta di mataku?.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar