pekat yang mengendap (dimatamu)

masih saja engkau terlena, dalam buai pedih yang tak lekas berakhir
dimatamu masih saja air mata, menggenang, menyiram perih yang tak hilang
saat seberkas cahaya merasuk, seketika itu juga engkau terpejam
tak kau biarkan apapun mengusik keriangan lukamu
tidakkah kau sisakan air matamu?, untuk kepedihan yang lebih berat, perih yang mengiris hari-harimu kelak...
usah kau terlarut, air mata tak perlu habis tercurahkan
mengertilah, air mata terlalu berharga untuk cinta yang sia-sia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar