Rachel

Siraman madu membasuh saat sepasang mata dengan cahaya bening menghujam dalam sepi – sepiku, aku terbenam dalam fatamorgana yang menyiratkan keangkuhan rasa dan kelancangan akal yang mengartikan semua dalam kebulatan asa.

Seraut wajah cantik menjadikan aku lupa pada diriku sendiri yang sebenarnya. Aku terperangkap dalam halusinasi kesamaan detik dan keragaman jiwa yang dulu sempat aku arungi, aku lupa pada diriku dan menanggapi kebodohan akal dengan melampirkan catatan – catatan masa lalu yang sempat aku rangkum.

Engkau adalah bunga yang indah dengan sari – sari manis yang tak tersentuh oleh akal kumbang jalang. Wangimu tak tercium oleh indra apapun, kecuali mereka yang merasakan dengan segenap hening dan aliran akal yang paling bening.

Dalam bentuk segi apapun engkau terlalu istimewa. Rasa dan raga berbaur satu dan menyatu dalam kesempurnaan dengan batas – batas tolak ukur manusiawi, cantik dalam balutan kemewahan fana yang menjadikan engkau tak kurang dalam mimpi duniawi.

Lalu apakah aku bodoh jika mengurung perasaanku sendiri dan membiarkan jiwaku menjerit karena tak bisa menumpahkan segala yang ada ?

( Bukan fana yang aku cari, namun keutuhan jiwa yang aku nanti )

Maaf, mimpiku terlalu lancang !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar