Aku, Aku, Aku

Aku mendengar sajak yang dibacakan oleh diriku, tertuju untuk aku, ditulis oleh diriku sendiri.
Tak jua lelah terhapus oleh kejenuhan hati, tak juga sepi terkikis muak hati dalam menenangkan diriku sendiri.
Aku berharap detik bercerita kepadaku perihal kemantapan hati dalam menjamah alamku sendiri, tak ada ragu ataupun rayu kenangan – kenangan yang menyudutkan diriku sendiri.
Entah semenjak kapan aku merasa bahwa aku adalah tumpuan rayu kecongkakan akal dalam memaknai perasaan – perasaan yang aku sendiri seolah merasakan perasaan orang lain.
Aku merasa lancang dengan menyimpulkan apa yang tak seharusnya aku simpulkan, sedangkan perasaan adalah pribadi dalam rahasia – rahasia waktu.
Mungkin setelah sajak rampung terdiskripsikan baru aku akan tersadar, kemarin, kini bahkan nanti cinta akan menyapa, mesra.
Aku, aku, dan mungkin aku sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar