Ilucinta 1

: noer

Waktu tak mengikis kenangan dan perasaan yang dalam hitungan tahun semua masih tumbuh, remuk tak jua jemukanku. Entah, harus dengan kata apa aku menamakan perasaaku, karena tipisnya batas jemu dan semu yang menumbuhkan perasaan – perasaan dalam hatiku. Mungkin kelancangan akal telah membujuk hati untuk selalu mengenang perasaan ini, menjaga kerinduan yang aku sendiri bingung mencari makna dalam kamus perjalanan cinta orang – orang yang mengguruiku. Kebodohan akal telah membuat aku untuk selalu setia mengumbar kata – kata perihal kerinduan tentang penyatuan perasaan yang engkau sendiri belum terpikir untuk itu. Entah, dulu, kini, atau esok masihkah sama perasaan ini, dan aku minta maaf.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar